PROSES SOSIALISASI
1. Pengertian dan Proses Sosialisasi
Proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
a. Charlotte Buehler
Proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri dengan cara hidup dan cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan serta berfungsi dalam kelompoknya.
b. Karel J. Veeger
Suatu proses belajar mengajar seorang individu menjadi anggota masyarakat.
c. Noor Arifin
Proses yang membantu individu belajar dan menyesuaikan diri agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
d. Soerjono Soekanto
Suatu proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap sesuai dengan perilaku orang-orang di dalam kelompoknya.
Broom dan Selznic Proses membangun dan menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang.
Menurut George Herbert Mead, proses sosialisasi berlangsung melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami seorang individu sejak dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal kehidupan sosial di sekitarnya, termasuk berupaya memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini anak mulai melakukan kegiatan meniru meskipun belum sempurna.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Tanda menurut ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa yang berada disekitarnya.
c. Tahap Siap Bertindak
Peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain.
2. Tujuan dan Karakteristik Sosialisasi
Bruce J. Cohen menguraikan adanya empat tujuan pokok sosialisasi sebagai berikut:
a. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.
b. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat
c. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik
d. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat. Melalui proses ini ia akan mampu menilai sendiri kebenaran sikap dan perilaku yang telah dilakukan.
Adapun karakteristik umum proses sosialisasi sebagai berikut:
a. Sosialisasi merupakan suatu proses yang bersifat aktif
b. Berwujud proses belajar dan penyesuaian diri
c. Sosialisasi berlangsung secara bertahap, perlahan tetapi pasti, dan berkesinambungan
d. Melalui sosialisasi, individu akan dapat menyesuaikan perilaku yang diharapkan dan dianggap baik oleh masyarakat. Individu juga dapat mengenal dirinya dan mengembangkan segala kemampuannya dalam lingkungan sosial.
3. Bentuk, Tipe dan Pola Sosialisasi
a. Sosialisasi primer
Sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil ketika ia belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung pada saat individu berusia 1-5 tahun atau ketika ia belum mengenyam pendidikan di sekolah.
b. Sosialisasi sekunder
Suatu proses sosialisasi lanjutan yang memperkenalkan individu pada kelompok tertentu dalam mas, di luar keluarganya.
Tipe sosialisasi dapat dibagi atas dua hal berikut :
a. Sosialisasi formal
Dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang memiliki kewenangan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam negara.
b. Sosialisasi Informal
Terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, misalnya kelompok kekerabatan dan kelompok sahabat karib.
Pola sosialisasi terbagi atas sosialisasi represif dan partisipasi.
a. Sosialisasi represif (repressive socialization), ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Menghukum perilaku yang keliru
2) Hukuman dan imbalan materiil
3) Kepatuhan anak kepada orang tua
4) Komunikasi sebagai perintah
5) Komunikasi nonverbal
6) Sosialisasi berpusat kepada orang tua
7) Anak memperhatikan harapan orang tua.
b. Sosialisasi partisipasi (participatory socialization), ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Memberi imbalan bagi perilaku yang baik
2) Hukuman dan imbalan simbolis
3) Otonomi bagi anak
4) Komunikasi sebagai interaksi
5) Komunikasi verbal
6) Sosialisasi berpusat kepada anak
7) Orang tua memperhatikan keinginan anak
Agen sosialisasi (agent of socialization) memiliki peran yang sangat signifikan dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Keluarga disebut juga agen sosialisasi primer. Makna penting keluarga sebagai agen sosialisasi prier bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini, diantaranya mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan kepribadian sesuai harapan kelompoknya.
1) Mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tuanya
2) Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak tertekan, tetapi tidak juga merasa diabaikan.
3) Membantu anak untuk dapat menilai kepantasan sikap dan perilakunya sendiri.
4) Memperlakukan anak dengan baik. Oleh karena itu, tindak kekerasan fisik, psikologis, maupun sosial harus dihindari.
5) Memberikan teguran dan nasehat kepada anak jika melakukan kesalahan atau kekeliruan, serta menunjukkan dan mengarahkan mereka agar menjadi anggota masyarakat yang baik.
Peran positif kelompok teman sebaya (peer group) bagi perkembangan kepribadian remaja.
1) Chums adalah kelompok yang terdiri atas dua atau tiga orang sahabat karib.
2) Cliques adalah kelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang sahabat karib dan mempunyai kesamaan dalam hal jenis kelamin, minat, kemauan, dan kemampuan yang sama.
3) Crowds adalah kelompok teman sebaya yang terdiri atas banyak remaja yang memiliki minat sama. Chums dan cliques.
4) Kelompok terorganisasi kelompok yang sengaja dibentuk dan direncanakan oleh orang dewasa. Kelompok pencinta alam, kelompok belajar, regu kerja, dan pramuka.
Melaksanakan pembelajaran dan proses sosialisasi dengan mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning t do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together). Dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah, dan tabloid) serta media elektronik (radio, televisi, video, dan film).
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas, yang seharusnya sejalan dengan kebiasaan umum.
a. Gordon Allport
Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik (jiwa raga) dalam individu yang turut menentukan cara yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Bruce J. Cohen
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan.
c. Koentjaraningrat
Menurut Bapak Antropologi Indonesia ini, kepribadian dapat dimaknai sebagai ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberi kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
2. Faktor Pembentuk Kepribadian
Menurut F.G. Robin faktor pembentuk kepribadian sebagai berikut:
a. Sifat dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.
b. Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu
c. Perbedaan perorangan atau perbedaan individual
Perbedaan individual ini meliputi perbedaan-perbedaan ciri fisik, seperti warna mata, warna kulit, warna rambut, bentuk badan, serta ciri-ciri perseorangan dan sosial.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala kondisi di sekeliling individu yang mempengaruhi proses sosialisasi
e. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan dari dalam individu yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu.
Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh empat faktor yang saling mendukung satu sama lain.
a. Warisan Biologis (heredity)
Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam pergaulan sosial. Faktor keturunan tidak mempunyai pengaruh dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hari, sikap dan minat.
b. Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)
Adanya penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya, seseorang membentuk serta mengembangkan sikap dan tindakan yang berbeda dengan orang lain.
c. Warisan Sosial (Social Heritage)
d. Kelompok Manusia (Group)
3. Unsur-Unsur Kepribadian
a. Pengetahuan
Pengetahuan mengisi akal pikiran manusia secara sadar.
b. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh pengetahuan.
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah kecenderungan pada setiap manusia untuk menanggapi suatu rangsangan dengan pola yang teratur.
d. Id adalah bagian diri seseorang yang bersifat tidak sadar, naluriah, impulsive (mudah terpengaruh oleh gerak hati), dan tidak disosialisasikan.
e. Ego merupakan perwakilan bagian dari diri yang bersifat sadar dan rasional.
f. Superego merupakan perwakilan bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultur dan berfungsi sebagai suara hati.
PERANAN NILAI DAN NORMA DALAM PROSES SOSIALISASI
1. Pengertian Nilai dan Norma Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, mendefinisikan nilai sebagai sesuatu ide yang telah turun-temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenal sesuatu yang dianggap baik dan buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah.
Ciri-ciri nilai sosial diantaranya sebagai berikut:
a. Merupakan konstruksi mas sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat
b. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir)
c. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain
f. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat
g. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Ciri-ciri norma sosial sebagai berikut:
a. Dapat berbentuk lisan maupun tertulis
b. Merupakan hasil kesepakatan anggota-anggota masyarakat
c. Anggota mas memperhatikan, mengikuti, dan menaatinya
d. Pelanggaran terhadap norma akan menimbulkan sanksi-sanksi tertentu
e. Norma terkadang menyesuaikan diri dengan perubahan sosial sehingga dapat dikatakan bahwa norma bersifat dinamis.
2. Peranan Nilai Sosial dalam Proses Sosialisasi
Fungsi nilai sosial dalam proses sosialisasi seperti berikut :
a. Sebagai faktor pendorong
b. Sebagai petunjuk arah
c. Sebagai alat pengawas
d. Sebagai alat solidaritas
e. Sebagai benteng perlindungan
3. Peranan Norma Sosial Dalam Proses Sosialisasi
Norma merupakan sikap dan perasaan yang keseluruhan tentang baik-buruk, benar-salah, suka-tidak suka dan sebagainya tentang suatu objek. Norma adalah aturan dengan sanksi yang dimaksudkan untuk mendorong, mengatur, bahkan memaksa orang perorangan, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mengikuti nilai-nilai sosial.
Berdasarkan daya ikatannya norma dibedakan menjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Norma cara (usage), menunjukkan pada suatu perbuatan didalam hubungan antar individu.
b. Norma kebiasaan (folkways), mempunyai kekuatan mengikat lebih tinggi daripada norma cara.
c. Adat istiadat (custom), berasal dari aturan nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun.
d. Norma tata kelakuan (mores), alat pengawas tingkah laku yang diyakini sebagai norma pengatur.
e. Norma agama, merupakan wahyu langsung dari Tuhan dan biasanya tertulis dalam kitab suci.
f. Norma kesusilaan merupakan suatu aturan yang berasal dari hati nurani individu mengenai ha-hal yang baik dan buruk.
g. Norma adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang telah menyatu dengan tata kehidupan masyarakat serta mengandung nilai-nilai ritual yang diyakini dinamakan norma adat.
h. Norma kesopanan merupakan aturan yang mengajarkan agar seseorang bersikap sopan terhadap orang lain sebagai anggota masyarakat.
i. Norma hukum merupakan aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang dibuat oleh pemerintah.
PENGARUH SOSIALISASI NILAI (BUDAYA) TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
1. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan (berasa dari bahasa Sanskerta yaitu “Buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai ha-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
a. Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain. Kebudayaan juga mengandung segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
b. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompeks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
c. Melville J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski
Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
d. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kedua sosiolog senior Indonesia ini menjelaskan bahwa Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat
Secara umum, sifat-sifat kebudayaan sebagai berikut:
a. Kebudayaan bersifat universal,
b. Kebudayaan bersifat stabil sekaligus dinamis
c. Kebudayaan mengisi dan menentukan jalannya kehidupan manusia walaupun jarang disadari oleh manusia itu sendiri.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan kongkrit.
a. Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada didalam pikiran manusia. Misalnya terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan cita-cita.
b. Kebudayaan yang bersifat konkret, wujudnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, dan disimpan.
2. Ciri dan Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan memiliki sejumlah ciri sebagai berikut:
a. Kebudayaan diciptakan oleh manusia melalui perasaan (rasa), kemauan (karsa), dan hasil karya).
b. Kebudayaan dibutuhkan oleh manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi memenuhi berbagai kebutuhan.
c. Kebudayaan diperoleh manusia melalui belajar.
d. Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi secara nongenetis.
e. Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi secara nongenetis
f. Kebudayaan bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Kebudayaan dapat berupa gagasan (ide), tindakan (perilaku), dan hasil karya yang berbentuk material (kebendaan).
3. Proses Belajar Kebudayaan
Proses belajar suatu kebudayaan terdiri atas beberapa bagian
a. Persepsi sosial
Yaitu proses pemberian makan dan nilai terhadap seluruh stimulus yang berasal dari orang lain.
b. Konsep diri
Sutu kesadaran bahwa manusia mengalami dirinya sebagai makhluk yang memiliki diri sendiri.
c. Atraksi interpersonal
Proses yang biasanya terjadi pada orang yang memiliki banyak kesamaan pada saat mengalami perasaan gelisah, kesepian, cemas, atau tertekan.
d. Relasi interpersonal
Proses untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang sangat beragam dan bertingkat.
4. Kebudayaan dan Kepribadian
Menurut Theodore M. Newcomb (sosiolog), Kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Kepribadian yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan masyarakat akan melahirkan berbagai bentuk perilaku. Perilaku tersebut ada yang dapat diterima secara universal di semua kebudayaan dan masyarakat. Namun, ada juga berbentuk perilaku yang hanya bisa diterima pada kebudayaan dan masyarakat tertentu.
Tipe-tipe kebudayaan khusus antara lain sebagai berikut:
a. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Disini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antar individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dengan kebudayaan khusus yang berbeda pula.
b. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda. Misalnya seorang anak yang dibesarkan di desa biasanya lebih memiliki semangat gotong royong dan kebersamaan, sedangkan anak yang besar di kota umumnya individualistis.
c. Kebudayaan khusus kelas sosial. Misalnya dalam hal cara berpakaian, etiket dalam pergaulan dan hobi.
d. Kebudayaan berdasarkan profesi. Misalnya, kepribadian dan perilaku seorang militer pasti jauh berbeda dengan kepribadian dan perilaku seorang dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sosiologi untuk SMA/MA
Berry, David (Penerjemah Paulus Wirutomo), 2003, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: Rajawali Press.
Johnson, Doyle Paul (Penerjemah Robert M.Z Lawang), 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I dan II, Jakarta: Gramedia.
Narwok, J. Dwi, 2006, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana
Soekanto, Soerjono, 1977, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
Sunarrno, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
0 komentar:
Posting Komentar